HALAMAN PENGESAHAN
Laporan lengkap Praktikum
Perkembangan Hewan dengan judul “Lemak/Lipida” yang disusun oleh :
Nama : Nirwana
NIM :
1314141019
Kelas/Kelompok : B/2
telah diperiksa dan
dikoreksi oleh Asisten/Koordinator Asisten, maka dinyatakan
diterima.
Makassar, Januari
2015
Koordinator Asisten,
Asisten,
Sutriadi Sutriadi
NIM. 1214141002 NIM.
1214141002
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
Prof. Dr. Yusmina Hala, MS.
NIP. 19611212 198601 2 002
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Didalam kehidupan sehari-hari kita sering mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandug lemak dan minyak. Lemak dan minyak adalah senyawa kimia yang
terdapat di alam. Minyak umumnya berwujud cair pada suhu ruang sedangkan lemak
cenderung berwujud padat pada suhu ruang. Asam-asam lemak merupakan komponen
penyusun minyak dan lemak. Dan lemak merupakan senyawa rantai karbon, dalam
rantai karbon asam lemak tersebut terdapat ikatan antar karbon yang berjenis
tunggal maupun rangkap ikatan jenis tunggal pada ranatai karbon memiliki
kestabilan oksidatif yang lebih baik di bandingkan ikatan rangkap. Sebaliknya
ikatan rangkap memberikAn sifat minyak cair pada suhu ruang. Jenis ikatan yang ada pada asam lemak akan berpengaruh
terhadap jenis aplikasi yang cocok terhadapnya.
Lemak terbagi atas dua jenis yaitu lemak nabati dan lemak hewani.
Lemak nabati merupakan lemak yang berasal dari tumbuhan sedangkan lemak hewani
merupakan lemak yang berasal dari hewan.
Lemak juga merupakan sumber energy seperti halnya karbohidrat dan
protein, lemak nabati bisa kita temui di kacang-kacangan dan buah-buahan
sedangkan lemak hewani dapat kita temukan pada daging seperti daging ikan,
daging ayam dan lain-lain. Lemak mempunyai sifat yang tidak dapat larut dalam
air tetapi dapat larut dalam pelarut organik seperti eter, klorofom, dan
pelarut organik lainnya. selain itu lemak juga mepunyai kelarutan yang berbeda
tergantung dari jenis pelarut yang digunakan, lemak juga mempunyai tingkat
keasaman dan kebasaan yang berbeda-beda. Maka dari itu perlunya praktikum ini
dilaksanakan untuk membedakan kelarutan lemak dari bahan pelarut yang
berbeda-beda, dan untuk mengamati tingkat keasaman dan kebasaan lemak dengan
menggunakan beberapa bahan uji.
B.
Tujuan
Praktikum
1.
Membedakan
kelarutan minyak/lemak dari bahan pelarut yang berbeda.
2.
Mengetahui bahan-bahan yang berfungsi sebagai emulgator.
3.
Mengetahui
prinsip kerja gliserol (mengandung gugus aldehid atau keton bebas).
4.
Mengamati
tingkat keasaman dan kebasaan dari bahan-bahan uji.
5.
Mengamati
pembentukan Kristal pada lemak.
6.
Megetahui
pembentukan sabun sebagai emulgator.
C. Manfaat Praktikum
Mahasiswa
dapat menentukan perubahan yang terjadi
pada lemak tersebut melalui beberapa
pengujian tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lemak adalah ester lemak dan gliserin.
Biasanya zat tersebut tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut lemak.
Adapun pelarut lemak tersebut adalah eter, kloroform, benzena,
karbontetraklorida (CCl4), xylena, alcohol panas, dan aseton panas.
Lipida adalah zat yang menyerupai lemak, sangat penting karena merupakan
simpanan tenaga yang amat besar dan sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K.
Bagi hewan dan manusia lipid selain sebagai sumber energy juga diperlukan
sebagai insulating pada jaringan lain, juga untuk fungsi dari sel membrane dan
lain sebagainya (Hala, 2014).
Lipid
adalah zat atau senyawa yang bersifat tidak menghantarkan listrik yang baik.
Berbagai organ tubuh yang berfungsi sebagai penghantar impuls atau rangsangan selalu dibungkus oleh lipid
sebagai isolator, misalnya pada organ syaraf hewan-hewan tingkat tinggi atau
manusia. Lipid juga sebagai peredam atau kedap suhu. Karena lipid juga sebagai
isolator suhu, hewan-hewan yang hidup di kutub dibawah kulitnya disimpan
lapisan lemak yang tebal agar suhu tubuh kurang lebih 37oC dapat
dipertahankan (Wahab, 2004).
Secara kimia yang diartikan
dengan lemak adalah triester dan gliserol yang disebut gliserida. Jika ketiga
asam lemak itu identik, maka hasilnya akan merupakan triliserida yang
sederhana. Tetapi bila ketiga asam lemak itu berbeda maka akamn menghasilkan
trigliserida camouran. Pada mono dan digliserida masing-masing hanya mengandung
lebih dari satu asam lemak. Hingga dengan demikian dalam molekulnya mempunyai
gugus hidroksil yang bebas. Di dalam lemak alam, campuran trigliserida
mengandung lebih dari satu jenis asam lemak. Hal ini lebih umum dari pada
tersusun atas satu macam asam lemak (Sastrohamidjojo, 2005).
Meskipun demikian ada
senyawa-senyawa yang juga terbentuk dari ester-estser dan asam lemak tetapi
mengandung juga unsur atau gugus lain. Menurut Sastrohamidjojo, (2005) Berdasarkan
hal ini maka telah dapat diklasifikasikan beberapa senyawa sebagai berikut :
1. Lipida sederhana: eser-ester dari asam lemak
dengan bermacam-macam alkohol.
2. Lipida sering disebut lipoid.
3. Lemak: eser-ester dari asam lemak dengan gliserol.Lilin:
eser-ester dari asam lemakdengan alkohol yang bukan gliserol.
4. Senyawa-senyawa lipida: senyawa dari asam
lemak dengan alkohol juga mengandung gugus lain.
5. Pospolibida: ester-ester yang mengandung asam
lemak dan asam pospat biasanya menganduk gugus hidrogen.
6. Carebrosida (glikolipida): senyawa dari asam lemak dengan karbohidrat
dan senyawa hidrogen, teapi mengandung asam pospat.
7. Turunan lipid: suatu zat yang mempunyai
sifat-sifat umum seperti lipid.Alkohol: kebanyakan rantai yang normal merupakan
alkohol-alkohol yang tinggi dari sterol.
Lemak dan minyak adalah
trigliserida atau trigliserol. Kedua istilah ini berasali “triester (dari)
gliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan suatu minyak bersifat sebarang. Pada
temperatur kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sedangkan
besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida pada
tumbuhan cenderung berupa minyak oleh karena itu sering terdengar ungkapan
lemak hewani (lemak babi, lemak sapi) dan minyak nabati (minyak jagung, minyak
bunga matahari) (Fessenden dkk, 1987).
Dalam proses hidrolisis lemak
akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol.
Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa atau enzim
tertentu, proses hidrolisis yang menggunakan basa menghasilkan gliserol dan
garam asam lemak atau sabun. Oleh karena itu proses hidrolisis yang menggunakan
basa disebut proses penyabunan. Jumlah mol basa yang digunakan dalam proses
penyabunan ini tergantung pada jumlah mol asam lemak. Untuk lemak dengan berat
tertentu, jumlah mol asam lemak tergantung daari pamjang rantai karbon pada
asam lemak tersebut. Apabila rantai karbon itu pendek maka jumlah mol asam
lemak besar, sebaliknya apabila rantai karbon itu panjang jumlah asam lemak
sedikit. Jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram lemak
disebut bilangan penyabunan. Jadi besar kecilnya bilangan penyabunan ini
trgantug pada panjang atau pendeknya rantai karbon asam lemak atau dapat
dikatakan juga bahwa besarnya bilangan penyabunan tergantung pada berat molekul
lemak tersebut. Makin kecil bilangan berat molekul lemak makin besar bilangan
penyabunannya. Disamping asam atau basa, lemak juga dapat terhidrolisis oleh
enzim, lemak yang kita makan akan terhidrolisis oleh enzim lipase yang ada pada
cairan pankreas dan proses ini terjadi di usus halus. Proses penyabuanan lemak
atau minyak berlangsung pada pembuatan sabun dalam industri, baik baik sabun
maupun gliserol yang dihasilkan dapat larut dalam air. Untuk dapat memperoleh
sabun ditambahkan garam NaCl kedalam larutan tersebut (Poedjiadi, 1994).
Asam-asam lemak bebas adalah komponen yang terbentuk pada proses
kerusakan minyak. Asam lemak bebas terdapat di dalam minyak atau lemak jumlahnya
akan terus bertambah selama proses pengolahan dan penyimpanan. Keberadaan asam
lemak bebas biasanya dijadikan indikator awal terjadinya kerusakan minyak
minyak kelapa mentah yang bermutu bagus memiliki kandungan asam lemak bebas
sampai dengan 3%. Kerusakan oksidasi berlangsung apabila terjadi kontak antara
sejumlah oksigen dengan minyak atau lemak (Supardan, 2013).
Kandungan asal lemak tak jenuh pada minyak dapat terdegradasi pada
ekstraksi menggunakan pemanasan sehingga diperlukan cara untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas asam lemak tak jenuh tersebut (Sukma, 2010).
Sifat utama lipid adalah tidak
larut dalam air dan hanya larut pada pelarut-pelarut khusus yaitu pelarut non
polar seperti alkohol (panas) khloroform, eter, aseton dan sebagainya. Sebagai
akibat lipid tidak larut dalam air maka fungsi biologis utama lipid adalah
dikatakan sebagai peindung sel atau bagian-bagian sel. Zat atau senyawa yang
dilindungi oleh lipid akan kedap air dan akan lebih awet. Oleh karena itu pula
lipid dikatakan sebagai pengawet. Pada membran sel lipid adalah bagian integral
membran, karena itu lipid sebagai pelindung sel juga terlibat pada proses
translokasi zat/ senyawa melalui membran sel (masuk keluar sel) (Wahab, 2004).
Lemak dan minyak terdapat pada
hamppir semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Tetapi lemak dan
minyak sering kali ditambahkan dengan sengaja ke bahan makanan dengan berbagai
tujuan. Dalam pengolahan bahan pangan lemak dan minyak berfungsi sebagai
penghantar panas seperti minyak goreng mentega, disamping itu penambahan lemak
dimaksudkan juga untuk menambah kalori serta memperbaiki tekstur dan cita rasa
bahan pangan seperti pada kembang gula, kue, roti dan lain-lain. Lemak juga
merupakan sumbe energi yang lebih effektif dibanding karbohidrat (Winarno,
2004).
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A. Waktu
dan Tempat
Hari / tanggal
: Selasa, 30 Desember 2014
Waktu :
Pukul 14.00 s.d 16.00
WITA
Tempat
: Laboratorium Biologi lantai 3 sebelah Barat FMIPA UNM
B. Alat
dan Bahan
1.
Alat
a.
Tabung reaksi
b.
Pipet tetes
c.
Rak tabung reaksi
d.
Bunsen
e.
Gelas ukur 10 mL
f.
Kaki tiga
g.
Gelas kimia 100 ml
h.
Penjepit tabung
2.
Bahan
a.
Mentega
b.
Minyak kelapa
c.
Minyak ikan
d.
Bensin
e.
Sabun
f.
Detergen
g.
Air
h.
Aquades
i.
Reagen Benedict
j.
Gliserol
k.
H2O2
l.
FeCl3
m. Kertas lakmus
n.
Eter
o.
NaOH (Natrium Hidroksida)
p.
KOH (Kalium Hidroksida)
C. Prosedur Kerja
1.
Mengamati
|
2 ml air
|
2 tetes sampel
|
2. Uji Gliserol dan Benedict
a.
5 cc Benedict
|
Menambahkan
5 tetes Gliserol
|
Memanaskan 3 menit
Amati
|
b.
5 tetes Gliserol
|
Menambahkan
1 tetes H2O2
dan 1 tetes FeCl3
|
Menghomogenkan dengan vortex
Mengambil 5 tetes
|
Mengamati
|
Menguji dengan
benedict
|
5 cc Benedict
|
c.
Menambahkan
25 tetes Gliserol
|
Memanaskan 3 menit
Mengamati
|
3. Uji Emulsi
Mengamati
|
10 Tetes Sampel
|
Sabun 5 cc
|
+
4. Uji Asam Basa
Membasahi kertas
lakmus dengan aquadest
|
Menguji pada
sampel
|
5.
Mengamati
|
Sampel
|
5 cc eter
|
+
mengocok
6.
Tabung reaksi II
|
Tabung reaksi I
|
Sampel 4-5 tetes
4
|
Aquades 3 ml mmmjdfhuemmml
|
Tabung II
|
Tabung I
|
Menambahkan
1 ml KOH
|
1 ml NaOH
|
Menanaskan 2
menit
|
Mengamati
|
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
1.
Uji emulsi
Pelarut
|
Sampel
|
|||
M. ikan
|
M. kelapa
|
Bensin
|
Mentega
|
|
Air
|
≠ larut
|
≠ larut
|
≠ larut
|
≠ larut
|
Air + sabun
|
≠ larut
|
larut
|
larut
|
Larut
|
2.
Uji gliserol
dan benedict
Pelarut
|
Warna awal
|
Warna akhir
|
Benedict+5 tetes
gliserin
|
Biru
|
Biru kekuningan
|
Gliserol+benedict
|
Putih
|
Kuning pekat
|
Benedict+25 tetes
gliserin
|
Biru
|
Kuning
|
3.
Uji asam Basa
Sampel
|
Sifat
|
Mentega
|
Asam
|
Bensin
|
Asam
|
M. ikan
|
Asam
|
M. goreng
|
Asam
|
4.
Uji penyabunan
Sampel
|
Tabung reaksi 1
|
Tabung reaksi 2
|
M. kelapa
|
+( berbusa)
|
+( berbusa)
|
M. ikan
|
+( berbusa)
|
+( berbusa)
|
Mentega
|
+( berbusa)
|
+( berbusa)
|
5.
Uji kelarutan
Sampel
|
Aquades
|
HCl N2
|
Alkohol dengin
|
Alkohol panas
|
Mentega
|
≠larut
|
≠larut
|
larut
|
Larut
|
M. ikan
|
≠larut
|
≠larut
|
≠larut
|
≠larut
|
M. goreng
|
≠larut
|
≠larut
|
≠larut
|
≠larut
|
Sampel
|
Na2CO3
|
Petrolium
|
Aseton dingin
|
Aseton panas
|
Mentega
|
≠larut
|
larut
|
≠larut
|
≠larut
|
M. ikan
|
≠larut
|
larut
|
≠larut
|
≠larut
|
M. goreng
|
≠larut
|
larut
|
≠larut
|
≠larut
|
B.
Pembahasan
1.
Uji emulsi
Percobaan uji emulsi bertujuan
untuk membuktikan senyawa yang dapat berfungsi sebai emulgator lemak sehingga
dapat larut dalam air. Pada praktikum ini beberapa sampel seperti bensin,
mentega, minyak kelapa, minyak ikan yang digunakan dan dari hasil percobaan
menunjukkan bahwa pencampuran antara air dengan sampel bensin, mentega, minyak
kelapa, dan minyak ikan menunjukan tidak adanya kelarutan artinya masih tetap
terbentuk dua lapisan antara air dan sampel yang digunakan, meskipun telah
dikocok untuk dihomogenkan. Kemudian ketika pelarut yang digunakan adalah air
sabun maka hasilnya menujukkan bensin, mentega dan minyak kelapa yang ditamhkan
dengan air sabun kemudian dihomogenkan hasilnya larut dan pada minyak ikan yang
tidak larut. Hal ini sesuai dengan teori Hala (2014) yang mengatakan bahwa
lemak atau minyak tidak dapat larut dalam air tetapi dapat membentuk emulsi
yang stabil bila ada bahan lain yang berfungsi sebagai emulgator. Nah yang
berfungsi sebagai emulgator disini adalah air sabun.
R-COOH + NaOH
R – COONa + H2O
Reaksi
penambahan air ke sabun
CaCl2(aq) + Na2CO3(aq)
2CaCO3(s) + 2H2O(l)
2. Uji gliserol dan benedict
Percobaan gliserol dan benedict sampel yang
digunakan adalah gliserin, benedict dan gliserol kemudian dihasilkan warna awal
yaitu biru putih kuning, setelah dilakukan pemanasan dihasilkan warna biru
kekuningan, kuning pekat dan kuning dan terdapat endapan kuprooksida yang berwarna
kuning yang menunjukkan reaksi positif. Menurut teori Hala (2014), yang
menyatakan bahwa prinsip kerja percobaan ini adalah gugus aldehid atau keton bebas
akan membentuk kuprooksida kuprooksida yang berwarna kuning hingga merah.
Reaksi uji gliserol dan benedict :
3. Uji asam basa.
Percoba uji asam basa, tujuan yang ingin kita
capai yaitu mengetahui sifat asam dan basa pada suatu lemak/minyak pada
percobaan ini sampel yang digunakan adalah minyak ikan, minyak kelapa bensin dan
mentega. Pada percobaan ini, diperoleh hasil yaitu ada pada sampel minyak
kelapa, minyak ikan, bensin dan mentega didapatkan kertas lakmus merah tetap
merah dan biru berubah menjadi merah yang artinya semua sampel bersifat asam. Menurut teori Hala (2014),
lemak/minyak bila dibiarkan lama akan mengalami perubahan dalam hal ini
perubahan sifat baik asam maupun basa.
4.
Uji penyabunan
Percobaan uji penyabunan, tujuan yang ingin kita ketahui adalah terjadinya
hidrolisis minyak oleh alkali. Pada percobaan ini, dilakukan dua jenis
percobaan,yakni hidrolisis minyak dan uji sifat-sifat sabun (saponifikasi).
Reaksi positif ditandai dengan munculnya busa dan lama kelamaan alkohol akan menguap.Untuk menyempurnakan reaksi hidrolisis,
maka dilakukan pemanasan +15 menit sampai busa (sabun) yang terbentuk larut
semuanya. Menurut teori Hala (2014), alkali bila bergabung dengan lemak akan
membentuk sabun yang berfungsi sebagai emulgator.
Reaksi
dengan KOH :
Reaksi
dengan NaOH :
5.
Uji
kelarutan
Percobaan uji kelarutan, tujuan yang ingin kita ketahui yaitu kelarutan
lipid pada beberapa pelarut. Pada percobaan ini, sampel yang digunakan adalah
mentega minyak ikan dan minyak goreng. Adapun hasil yang diperoleh ialah minyak
hanya dapat larut pada pelarut petroleum karena petrolium merupakan pelarut
nonpolar, sedangkan minyak tidak dapat larut pada beberapa pelarut lainnya
yakni pada air suling, alkohol, dan larutan Na2CO3, aseton, Hcl2N. padahal
alcohol dan aseton merupakan pelarut organic. Kejadian tidak larutnya lemak
pada beberapa pelarut organic ini disebabkan karena pelarut tersebut telah
terkontainasi dengan bahan-bahan kimia yang lain atau pelarut tersebut sudah
lama sehingga keaktifannya untuk melarutkan lemak juga sudah rendah atau bahkan
hilang. Menurut teori Hala (2014) derajat kelarutan lemak/minyak dapat dilihat
dengan pengamatan yang tergantung dari bahan pelarut yang digunakan.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa:
1.
Pada uji
emulsi Zat-zat yang berfungsi sebagai emulgator adalah sabun . sabun
menghasilkan emulsi yang stabil ketika direaksikan dengan minyak.
2.
Pada uji gliserol dan benedict,
reaksi yang ditunjukkan adalah reaksi positif karena mengahsilkan warna kekuningan,
kuning dan kuning pekat yang artinya
reaksi ini mengandung aldehid atau keton bebas.
3.
Pada uji asam basa, Sampel minyak
goreng, minyak ikan, mentega dan bensin semuanya bersifat asam.
4.
Pada uji penyabunan, semua
sampel( minyak goreng, minyak ikan, mentega) semuanya menandakan reaksi positif
yang ditandai dengan adanya pembentukan busa.
5.
Pada uji kelarutan yang bisa
melarutkan sampel adalah alkohol panas dan alkohol dingin untuk mentega
sedangkan petroleum bisa melrutkan semua sampel.
6.
Pada percobaan uji emulsi, kita
dapat mengetahui bahwa sabun adalah emulgator karena dapat melarutkan
lemak/lipida.
B.
Saran
Praktikan yang melakukan pengamatan seharusnya
lebih teliti dan cermat sehingga pengamatan yang dilakukan dapat memberi hasil
yang memuaskan, serta dibutuhkan kesabaran dan keuletan dalam melaksanakan
praktikum ini agar pencapaian tujuan dapat terlaksana.
DAFTAR
PUSTAKA
Fessenden, Ralp
dkk. 18982. Kimia Organik Edisi ke tiga
jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hala, Yusminah dan hartono. 2014. Penuntun Biokimia
Umum. Makassar: Jurusan
Biologi
FMIPA UNM.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Gadjah
Mada UniVersitaPress:Yogyakarta.
Sastrohamidjojo,
hardjono. 2005. Kimia organik stereo
kimia, karbohidrat,lemak dan protein. Gadjah Mada University
Press: Yogjakarta.
Sukma, Nurul,
dkk. 2010. Jurnal Sains dan Teknologi
Kimia. Vol.1 No.1. Hal 66-67 Bandung April 2010.
Supardan, Dani.
2013. Jurnal Hasil Penelitian Industri. Vol.6
No.1 Hal.1-54. Banda Aceh April 2013
Wahab, H. M.
2004. Pengantar Biokimia Edisi Revisi.
Bayu Media Publishing: Malang
Winarno. 2001. Dasar-Dasar Kimia Organik. Bumi Aksara :
Jakarta
Play the best casino games - jtmhub.com
BalasHapusTop slots, casino and sports betting sites in 안양 출장안마 Malaysia, Malaysia, Macau you will know some casino 제천 출장마사지 games in 고양 출장안마 a 서산 출장안마 game that's 군포 출장샵